Sersan (TNI-AD) Johanis “Mike” Maudobe putra Belu

Penembak mati Panglima Tentara Falintil NIKOLAU LOBATO tahun 1978 dalam pertempuran di Lembah Mindelo- Tanjung Ferde.

Panglima Falintil Nikolau Lobato

Nama lengkap pejuang Seroja ini adalah JOHANIS “MIKE” MAUDOBE, dia terlahir di Atambua-Belu dari keluarga Tentara yakni dari seorang Ayah MAUDOBE dan ibunya seorang gadis keturunan Tionghoa asal Pulau Bangka, dia sendiri merupakan putra kedua dari 3 (tiga) bersaudara.

Johanis Maudobe menempuh pendidikan formal dari Sekolah Dasar sampai dengan SMA nya di kota Atambua, setelah itu dia mengikuti test masuk sebagai calon Tamtama TNI-Angkatan Darat dan lulus, setelah lulus dia mulai mengikuti Pendidikan Tamtama dan setamatnya dia mulai bertugas di Belu.

Ketika setelah bekerja beberapa waktu, Johanis Maudobe ikut test pendidikan sebagai Calon Bintara Angkatan Darat, ternyata beliau lulus maka dia berangkat ke Tabanan Bali untuk menempuh Pendidikan Calon Bintara pada tahun 1977. Selama Pendidikan di Sekolah Bintara di Tabanan, pada saat Week End beliau sering berlibur ketempat kost kami di Jalan Waturenggong Gang I, Sanglah Denpasar. Kebetulan kami tinggal dengan salah seorang sahabatnya yakni bpk. Prof. Dr. I Wayan Matius yang saat itu tengah menyelesaikan S1 Peternakannya di Universitas Udayana (teman seangkatan dan sesama anak Kolong ketika di Atambua). Setamatnya dari Pendidikan Bintara dia mendapat pangkat Sersan TNI-AD dan kembali ke Kesatuannya Yonif. 744 di Atambua-Belu (Reff : Informasi tentang keluarga dari cerita sahabat beliau yakni Prof. Dr. Ir. Wayan Matius)

PANGLIMA FALINTIL NIKOLAU LOBATO

Sersan Nikolau Lobatu adalah ex tentara Portugal, beliau adalah pendiri Partai Politik Fretilin yang juga pernah menjabat sebagai Perdana Menteri dan Presiden Negara Republik Demokratik Timor Leste setelah wilayah Timor bagian timur tersebut mendapat kemerdekaan dari penjajah Portugal tahun 1975 (sebelum terjadinya Indonesia menyerang wilayah tersebut Desember 1975).

Pada tahun 1978 suasana perang di Timor Timur masih hangat sekali, karena walaupun ibu Kota Dili sudah direbut oleh Tentara Indonesia pada tanggal 7 Desember 1975 namun tentara Falintil (pasukan militer Fretilin) yang dipimpin oleh Nikolau Lobato belum menyatakan menyerah kepada tentara Indonesia, mereka tetap gigih melanjutkan pertempuran secara sporadis di hutan-hutan.

Nikolai Lobato sang Pemimpin Pasukan Falintil tetap melanjutkan peperangan melawan tentara Indonesia, dia tetap memimpin perjuangannya melalui markasnya yang berada di Fatubesi, sehingga tentara Indonesia menetapkan Nikolau Lobato sebagai orang yang paling dicari (hidup atau mati) di Timor Timur.

Penyergapan Nikolau Lobato.

Jenderal Yunus Yosfiah

Pada Desember 1978, Mako Panglima Komando Operasi (Pangko-Ops) TNI-AD di Dili mendapat info dari Inteligent tentang keberadaan dari Panglima Falintil Nikolau Lobato. Panglima Brigjen. Dading Kalbuadi atas perintah Menhankam/Pangab Jenderal M. Jusuf mulai membentuk Pasukan Pengejar yang dipimpin langsung oleh Letnan Kolonel Yunus Yosfiah terdiri dari Yonif 744 yang dibantu oleh Yonif. 700. Yonif. 401 Raiders dan Tim Nanggala 28 Kopassandha (yang dipimpin oleh Kapten Inf. Prabowo Subianto).

Sersan Johanis Maudobe mendapat kenaikan pangkat luar biasa (KPLB) dari PANGAB Jenderal M. Jusuf (sumber foto Bpk. Wayan Matius)

Selama 2 (dua) minggu mereka melakukan pengejaran tetapi selalu sia-sia. Pada tanggal 31 Desember 1978 sekitar pukul 05.00 pagi, Komandan Tim Nanggala 28 Kopassandha yakni Kapten Prabowo Subianto melaporkan kepada Komandan Operasinya Letkol. Yunus Yosfiah bahwa mereka melihat adanya pergerakkan Pasukan Falintil kearah selatan. Hari itu juga Komandan Sektor Tengah Kolonel Inf. Sahala Rajagukguk memerintahkan untuk dilakukannya pengepungan dan penyergapan terhadap tentara musuh tersebut.

Jenderal Sahala Radjagukguk

Tim Nanggala 28 melakukan pengepungan dari sisi utara, Yonif. 700 dan Yonif. 401 Banteng Raiders dari sisi Timur sedangkan Yonif. 744 (dimana Sersan Johanis Maudobe berada) sebagai Ujung Tombak serangan. Operasi ini melibatkan beberapa Helikopter sebagai pengangkut tentara Indonesia maupun sebagai pengejar dan pengawas dari udara.

Jenderal Prabowo Subianto

Sersan Maudobe sendiri menjabat sebagai Komandan Peleton I Kompi B Yonif. 74/SYB, dia dan peletonnya langsung terlibat dalam kontak senjata dengan musuh yang berakibat gugurnya beberapa orang dari pihak musuh, musuhpun akhirnya lari menyelamatkan diri ke hutan meninggalkan jenazah teman-temannya. Setelah sersan Maudobe dapat menguasai keadaan, dilakukan pengenalan jenazah musuh yang terbaring tidak bernyawa akibat tembakan Sersan Maudobe, ternyata tamtama yonif. 744 (pembawa radio) yakni Prajurit Dua Gutteres mengenali salah satu jenazah tersebut sebagai Panglima Tentara Falintil Nikolau Dos Reis Lobato.

Setelah berhasil menembak mati Nikolau Lobato, sersan Johanis Maudobe dan Peletonnya mendapat Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) dari Panglima ABRI, sedangkan kedudukan Panglima Falintil beralih dari almarhum Nikolau Lobato kepada XANANA GUSMAO.

YONIF 744 RAIDER KHUSUS/SYB

Sumber Data dan Foto : dari beberapa sumber di Google

NNU 14 April 2024

Leave a comment

Design a site like this with WordPress.com
Get started