KUBUR PARA “MEO” YANG GUGUR DALAM PERANG BIPOLO.

Sisa-sisa saksi Sejarah Perang Bipolo tahun 1906-1908

Sumber berita Leonard Nisnoni di rumahnya

Diawal bulan Januari 2021, beta jalan-jalan kerumah oom Leo Nisnoni di Bakunase-Kupang, sekedar bersilaturami sambil mendengarkan beliau bercerita dan berdiskusi sejarah tentang kerajaan Kupang, seperti yang kita ketahui bahwa oom Leo memiliki ‘arsip’ yang cukup lengkap baik tulisan maupun foto yang berkenaan dengan Sejarah Kerajaan Kupang, maklum karena beliau adalah keturunan langsung dari Pesejarah Kerajaan Kupang.

Kuburan massal para tentara dan Meo

Beliau mengajak beta untuk melihat satu situs pekuburan bersejarah yang ada dibelakang rumahnya ex sonaf kerajaan Sonbai Kecil di Bakunase-Kupang, beliau mengatakan bahwa Pekuburan itu adalah Pekuburan Massal para tentara pejuang/ Meo yang gugur di pertempuran Bipolo (tahun 1906-1908).

Lepold Nisnoni salah satu keturunan Sonbai-Kecil

Sebagaimana yang tercatat dalam sejarah Timor bahwa Perang Bipolo adalah pertempuran antara rakyat kerajaan Sonbai (yang dipimpin Kaiser Sonbai III yang berkedudukan di Kauniki) melawan Penjajah Belanda ( yang dipimpin oleh Letnan De Varies)

Perlawanan dari Raja Sobe Sonbai III tersebut dibantu panglima Perang (Meo Naek dan Meo Ana) berlangsung kurang lebih 3 tahun (1906-1908) telah menimbulkan banyak korban nyawa.

Pertempuran Bipolo 1906-1908 berakibat banyak berjatuhan korban, baik itu dari pihak kerajaan Sonbai maupun dari pihak tentara Belanda terutama dari pihak masyarakat tidak dapat terhindarkan.

Akhirnya walaupun kaizer Sobe Sonbai III telah tertangkap oleh Belanda pada tahun 1906 namun gerakan perlawanan rakyat yang dipimpin oleh para Meo yang gagah berani tetap dilanjutkan, Belanda baru dapat menaklukkan wilayah kekuasaan Kaizer Sonbai pada tahun 1908.

Raja Sonbai setelah tertangkap oleh Belanda kemudian diasingkan ke Pulau Sumba,sedangkan beberapa tokoh pejuang lainya antara lain Meo Toto Smaut ditangkap dan di asingkan.

Patung Sobe Sonbai didepan Katedral Kupang

Tokoh perjuangan lainnya pada perang Bipolo, Ekafob, Fatusiki antara lain Hati Sonbai Tua Leu Sonbai III, Manas Sonbai, Nim ay Sonbai, To Lukemtasa Oematan dan beberapa tokoh ikut membantu Perlawanan terhadap Penjajahan Belanda.

Perlawanan untuk melanjutkan perjuangan Sobe Sonbai III meletus tahun 1906-1908 , upaya To lukumtasa Oematan, Tua leu Sonbai III dan beberapa pasukan menyergap pasukan Patroli yg bertujuan membalas dendam atas kekalahan dalam Perang Kolbano (1907) serta terjadinya penangkapan Sobe Sonbai III (1906).
Sebelumnya Militer Belanda yg saat itu bermarkas di Kita Kapan menangkap Sobe Sonbai III yg disinyalir melatih para warga untuk melakukan perlawanan/pemberontakkan terhadap Penguasa Belanda, saat Sobe Sonbai III akan berkunjung ke rumah Nim Ay Sonbai di desa Biloto dia ditangkap dan dibawa ke Kupang utk menjalani hukuman tahun 1906 (Penangkapan terhadap Sobe Sonbai III disinyalir karena ada “musuh dalam selimut” dan politik Devide et Impera Belanda).

Disisi lain De Varies mendapat Penghargaan bintang “Militaire Willems Orde” karena berhasil memenangkan Pertempuran Bipolo yang terkenal itu, dan dari total puluhan yang gugur ada sebahagian tentara maupun Meo (panglima perang) yang ‘gugur” dalam pertempuran tersebut yang dimakamkan secara massal di Bakunase .

“Kuburan Massal” tersebut tidak ada Papan petunjuk informasi bahwa disitulah merupakan kubur dari beberapa pejuang perang Bipolo, diatas kubur tersebut cuma ada tanaman dan gundukan tanah saja .

Makam misterius dibelakang Sonaf raja Kupang

Sumber Data : bpk. Leopold Nisnoni dan bung Ebson Sanam

Sumber Foto: arsip pribadi.

NNU

Leave a comment

Design a site like this with WordPress.com
Get started