“Riwayat hidup Leonie Victoria Uly-Tanya”

Ny. L.V.Uly-Tanya

Masa kecil Onie

Onie dengan ayahnya tahun 1932

Onie atau nama lengkapnya “ Leonie Victoria Tanya “ adalah putri bungsu dari 5 (lima) orang bersaudara kandung, putra dan putri dari Saul We Tanya dengan Yohana Hidelilo. Onie dilahirkan di Sabu Timur 18 Mei 1928. Ayah Onie yakni Saul We Tanya ketika itu adalah Fetor Sabu Timur, beliau sekaligus adalah Ketua PNI dan Ketua Timorsche Verbond di Sabu-Raijua. Timorsche Verbond maupun PNI-Soekarno adalah Organisasi Politik di Jaman Penjajahan, melalui Timorsche Verbond inilah Saul W.Tanya pernah melakukan Class Action Hukum tahun 1923 di Pengadilan Makassar melawan pemimpin Kolonial di Sabu yaitu Mr. Gazeghebber Israil dengan materi gugatan masalah Penetapan serta Pembayaran Pajak yang sangat membebani rakyat Sabu yang notabene adalah rakyat miskin. Dan Saul W.Tanya menang , sang penguasa kolonial dicopot dan dipindahkan dari Sabu.

Onie dgn ayah dan kakak2nya di Sabu tahun 1932

Saul We Tanya pernah menjadi Raja Sabu (1936-1940), ketika itu Raja Sabu Samuel Thomas Djawa meninggal dunia, sedangkan adiknya Paul Ch. Djawa sedang sekolah diluar Sabu, maka dilantiklah Saul We Tanya menjadi Raja Sabu selama empat tahun, menunggu P.Ch.Djawa kembali dari sekolah, untuk diketahui juga bahwa Paul.Ch.Djawa ini adalah ‘kakak ipar’ dari Saul W. Tanya , karena istri Paul Ch. Djawa yaitu Lonie Tanya adalah kakak kandung dari Saul W.Tanya. Bahkan anak dari Saul We Tanya yang bernama Sam Tanya ( kakak kandung Onie) juga pernah menjabat Raja Sabu diangkat oleh Jepang selama beberapa bulan, Sam Tanya kemudian kuliah Ekonomi di Nederlands Economische Hogeschool Rotterdam, Netherlands ( Mantan Gubernur Bank Sentral Indonesia Radius Prawiro alumni dari sekolah ini), Sam Tanya kemudian menjadi Pendiri Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya-Palembang sekaligus merupakan Dekan pertama Fak.Ekonomi Universitas Sriwijaya di Palembang-Sumatera Selatan.

Fraksi Karya Pembangunan di DPRD Prop.NTT

Onie oleh orang tuanya disekolahkan di Europeesche Lagere School (ELS) di Kupang, ELS adalah sekolah di Jaman Belanda yang dikhususkan untuk anak2 Belanda , Eropa, termasuk juga untuk anak2 bangsawan setempat, banyak anak2 tokoh/bangsawan Timor, Rote dan Sabu yang adalah alumni dari sekolah tersebut, sebut saja Ny.Adelaide Nisnoni-Amalo Djawa; Ny. Yacoba Frans-Johannes; ibu Anna Riwu (anak raja LiaE); Bpk.AFH.Nope, Bpk.Eduard Pa, ibu Mien Sampelan, bpk.Karel Adu, bapak Pace Oey serta banyak lagi alumnus dari sekolah ini. Menjelang tamat di tahun 1942, Jepang masuk Timor. mereka mem-bom Kupang serta memukul mundur pasukan Sekutu di pulau Timor, sekolah2 diliburkan, murid2nya kembali ke asalnya masing2, termasuk Onie, dia berjalan kaki puluhan kilometer dari tempat tinggalnya di tangga 40 fontein sampai di pelabuhan Tablolong untuk menumpang perahu (satu layar) kembali ke pulau Sabu. (Kisah Onie menyelamatkan diri dari kedatangan tentara Jepang tahun 1942 cek di Link : https://nickywritehistory.wordpress.com/2021/03/06/kisah-leonie-v-uly-tanya-diawal-pendudukan-jepang-di-timor/)

Onie (no.2 dari kiri) dengan kakak adiknya

Menikah dan tinggal di Kupang

Sekembalinya di Sabu tidak lama kemudian dia menikah dengan pemuda pujaan hatinya yaitu Titus Uly, seorang guru muda tamatan HIK Solo-Jawa Tengah,yang baru kembali ke Sabu dari Sekolah Pertanian di Lawang Jawa Timur (sebagai guru bahasa disana), mereka menikah di Sabu 15 Oktober 1944, Onie menikah di usia yang sangat muda ( 16 tahun). Pada bulan Juli 1945, lahirlah anak pertama dari Titus dan Onie, namanya Johana Monica Uly ( Jopie ), oleh karena Titus Uly harus pindah ke Kupang, maka anak mereka dititipkanlah pada orang tua Titus di LederaE-Bolouw Sabu Timur, kemudian Titus dan Onie berangkat ke Kupang karena Titus mendapat penugasan baru sebagai Direktur “Normaalschool” (Sekolah Pendidikan Guru Bawah jaman Penjajahan Belanda ) di Kupang.

Ketika di Kupang, Oniepun sebagai istri harus menyesuaikan dengan kegiatan tugas suami, Titus Uly selain menjadi guru, tapi dia juga aktif mengikuti pergerakan2 politik melalui partai politik PDI Timor (Partai Demokrasi Indonesia, tidak ada hubungannya dengan PDIP saat ini), PDI-T adalah Partai Politik yang berjuang secara politik untuk kemerdekaan. Ketua Umum PDI-Timor saat itu adalah Bp.Izaac Huru Doko (pahlawan Nasional asal NTT), sedangkan di Kupang diketuai oleh Bp.Alfons Nisnoni (raja Kupang), Titus Uly sebagai Wakil Ketua PDI Kupang. Onie sebagai istri banyak menyaksikan sepak terjang dari partai PDI ini. Salah satu moment yang diingat terus oleh Onie, adalah moment ketika PDI membuat pertemuan/rapat akbar massa PDI Kupang di lapangan Airnona tanggal 29 April 1945, dimana dalam rapat akbar yang diikuti massa PDI kurang lebih 3000 (tiga ribu) orang, ada acara ‘penaikkan bendera sang saka Merah Putih’, yang dikerek oleh pemuda Titus Uly, Onie mengenang moment tersebut karena terasa sangat-sangat Heroik, sebab di Kupanglah bendera Merah Putih dinaikkan pertama kalinya ‘secara resmi di Indonesia’ yang dihadiri dan disaksikan pula oleh pimpinan tentara penjajah Jepang ( Minseibu). Penaikkan bendera Merah Putih ini mendahului 4 (empat) bulan dari Penaikkan Bendera Pusaka Merah Putih ketika Proklamasi Kemerdekaan dibacakan oleh Soekarno tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur no. 56-Jakarta.

Onie dengan Ayahnya S.W.Tanya tahun 1945

Mengikuti suami ke Holandia Irian Barat (1946-1947).

Pada tahun yang sama (1946) Titus Uly mengikuti test masuk Sekolah Kursus Perwira Kepolisian, ada 3 (tiga) orang yang mengikuti test tetapi hanya satu orang yang lulus yaitu Titus Uly, maka Titus harus berangkat ke Holandia (Jayapura sekarang) untuk mengikuti pendidikan di Sekolah Polisi selama 8 (delapan) bulan. Onie pun ikut mendampingi suaminya, akan tetapi persyaratan dari sekolah, calon siswa dilarang membawa istri selama pendidikan, hal ini menjadi masalah baru bagi Titus, akhirnya diambilah keputusan istrinya tetap ikut, tetapi akan dititipkan kepada oom istrinya yang tinggal di Makassar yaitu bpk.E.R.Herewila ( Pejuang Perintis Kemerdekaan) yang pada saat itu tengah berjuang angkat senjata bersama-sama anak buahnya di Makassar. Ketika kapal yang mereka tumpangi sandar di dermaga Paotere-Makassar, mereka berdua mulai mencari informasi tentang alamat dari bpk.Herewila ini, tetapi begitu sulitnya mereka mencari alamat beliau, karena tidak ada seorangpun tahu dimana beliau tinggal, hal disebabkan bpk.Herewila dan anak buahnya selalu berpindah-pindah tempat ( tidak ada tempat tetap) , Herewila adalah salah satu pimpinan pejuang dan tokoh/pimpinan Organisasi Sosial Politik di Makassar yakni ” Timorsche Verbond ” yang sedang dikejar oleh Raimond Westerling (Westerling adalah orang belanda kelahiran Turki yang menjadi komandan tentara Belanda di Makassar, dia terkenal sangat sadis membantai lebih dari 10.000 rakyat Makassar, tercatat dalam sejarah penjajahan Belanda).

Titus Uly dan Istri

Akhirnya setelah berputar-putar di Makassar, Titus dan istrinya bisa berjumpa dengan sang oom yaitu Bpk. E.R.Herewila disalah satu tempat persembunyiannya di jalan Gotong-Gotong Makassar, atas jasa pengantar yaitu salah seorang anak buah Herewila. Tituspun menyampaikan maksud kedatangannya kepada Herewila, bahwa dia akan menitipkan istrinya, mendengar hal tersebut Herewila pun menyampaikan rasa keberatannya, karena Herewila bersama anak buah pejuangnya tidak memiliki tempat tinggal tetap, setiap hari berpindah-pindah menghindari tentara Belanda anak buah dari Westerling, sekaligus melakukan perang Geriliya dalam kota Makassar . Titus dan Oniepun sangat2 mengerti keadaan oomnya, akhirnya mereka pamit untuk kembali ke Kapal dan meneruskan perjalanan ke Holandia-Irian Barat, Oniepun dibawa suaminya ke Holandia dengan resiko apapun. Onie menceritakan pertemuan dengan pejuang Herewila, membuat dia sangat kagum dan bangga terhadap oomnya tersebut, serta dia sendiri menjadi saksi mata yang melihat bahwa Herewila adalah Pejuang yang disegani di Makassar.

Titus dan istrinya akhirnya melanjutkan perjalanan berangkat dari Makasar ke Holandia (Jayapura), dan Titus pun mulai mengikuti Pendidikan Kepolisian di Holandia selama 8 (delapan) bulan sejak tanggal 1 Mei 1946 s/d 31 Januari 1947. Kemudian Titus melanjutkan Pendidikan Perwira Polisi di Batavia selama 5 (lima) bulan (1947)

Mengikuti suami melanjutkan Pendidikan Perwira Kepolisian di Batavia/Jakarta (17 Februari 1947)

Titus Uly pun masuk pendidikan Perwira Kepolisian di Holandia (1946), setamatnya dari Holandia kemudian melanjutkan Pendidikan Perwira Kepolisian dan Praktek lapangan di Sekolah Inspektur Polisi- Batavia/Jakarta selama 5 (lima) bulan mulai tanggal 17 Februari 1947 s/d 31 Juli 1947. Di Batavia Titus dan Onie tinggal di Jalan Kramat, bertetangga dengan Prof.DR.dr.W.Z. Johannes (salah seorang Pahlawan Nasional asal Rote-NTT). Prof.DR.dr.W.Z.Johannes masih terhitung kerabat dekat dengan Onie karena adik kandung W.Z.Johannes menikah dengan Kakak Sepupu Onie Tanya yakni Pendeta Karel Wenyi. Pada saat bertugas di Jakarta, Onie sedang mengandung anak kedua. (Menurut Onie) di Jakarta itu rupanya suaminya masih tetap berhubungan/melakukan kontak dengan teman-temannya ex. sekolah HIK-Solo, yang tengah berjuang melawan tentara Belanda di Jawa Tengah ( saat itu Agresi Militer I), teman2nya mengajak Titus untuk bergabung, Titus tertarik, kemudian dia mengambil keputusan untuk bergabung dengan teman2nya, dia menitipkan istrinya Onie yang sedang hamil tua kepada Prof. W.Z.Johannes. Titus berangkat ke Jawa Tengah untuk bergabung angkat senjata di hutan bersama teman2nya ( Titus baru tamat pendidikan Kepolisian, jadi sedang mahir2nya menggunakan senjata serta dia sebagai seorang Polisi memiliki senjata). Tetapi belum lama bergabung, dia dipanggil pulang ke Jakarta karena Onie akan segera melahirkan, tiap hari Onie menangis dan mengeluh kepada Prof. W.Z. Johannes, meminta agar memanggil pulang suaminya Titus ke Jakarta agar ketika dia melahirkan Titus berada disampingnya.

Prof.W.Z.Johannes pun bersurat kepada saudara sepupunya yaitu Prof. Herman Johannes ( juga seorang Pahlawan Nasional dari Rote NTT) yang tinggal di Jogyakarta untuk mencari Titus dan meminta dia kembali ke Jakarta. Sedikit tentang Herman Johannes selain beliau adalah ahli membuat bahan peledak dan bahan bakar alternatif, dia tamatan Technische Hoogeschool te Bandoeng (ITB Bandung sekarang), ketika jaman Agresi Militer I (1947) dan Agresi Militer II (1948), Herman Johannes juga adalah Perwira Tentara Perang Indonesia (berpangkat Mayor TNI) yang berkedudukan di Jogyakarta, beliaulah yang bertugas membuat bahan peledak yang digunakan para Pejuang untuk melawan tentara Belanda, Prof. Herman Johannes juga ikut serta dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 dan Pendudukan kota Jogyakarta selama 6 (enam) jam yang tersohor itu.

Sabu 1959

Akhirnya Titus pun pulang ke Jakarta, mendampingi istrinya Onie melahirkan anaknya yang kedua yaitu Yos Uly pada Mei 1947. Kelahiran Yos ini langsung dibidani oleh Prof. W.Z.Johannes yang adalah seorang Doktor dokter senior ahli Radiologi dosen di Fakultas Kedokteran pada Universiteit van Indonesië ( Universitas Indonesia di Jakarta sekarang). karena jasanya yang begitu besar didunia kedokteran Indonesia maka beliau kemudian ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional. Kembali kepada Titus dan Onie, setelah kelahiran anaknya yang kedua.

Jakarta 1947

Mengikuti penugasan pertama ke Surabaya (1 Agustus 1947-20 Juli 1948)

Titus mendapat Skep.Pengangkatan sebagai Perwira Pertama (Inspektur Polisi Tingkat II) pada Kepolisian Republik ( tahun 1947), sekaligus mendapat penugasan yang pertama di Seksi V Kota Surabaya (didaerah Kapasan) pada 1 Agustus 1947- 20 Juli 1948, dengan jabatan pertama yang diemban Titus adalah sebagai Wachcommandant seksi V (Kapolsek sekarang), disini Onie sudah mulai belajar menjadi istri pimpinan polri yang membimbing dan mengayomi istri2 polisi yang menjadi anak buah suaminya, pada saat itu belum ada Organisasi Bhayangkari ( Bhayangkari baru lahir pada 17 Agustus 1949 ). Surabaya pada saat itu dipimpin oleh Gubernur Pertama Jawa Timur yaitu Gubernur Suryo ( seorang Pejuang 45 yang terkenal dalam Pertempuran 10 November 1945 ), dan waktu itu Surabaya masih mencekam dengan suasana Perang ( Agresi Militer Belanda I dan II ), Titus bertugas di tempat yang masih berperang, sebagai komandan polisi setempat Titus pun banyak membantu para pejuang yang sedang berperang, dia menyembunyikan para pejuang yang dikejar-kejar tentara Belanda, apalagi banyak pejuang yang berasal dari Indonesia Timur yang berjuang di Perak, Titus akrab dan membantu mereka selama bertugas disana.

Foto Keluarga 1955

Detachement-Commandant Polisi di Alor (1948-1949) dan Maumere (1949)

Tindak-tanduk Titus ‘membantu’ para pejuang ini dilaporkan ke-pimpinan, maka Titus dibuang dari Kota Surabaya jauh ke Alor NTT . Titus kali ini mendapat Jabatan sebagai Detachement-Commandant di Alor NTT ( 21 Juli 1948-31 Oktober 1949), kedudukan dia sebagai Komandan Kepolisian Alor berada dibawah Kepolisian Timor dan Kepulauannya di Kupang. Onie secara otomatis menjadi Pendiri sekaligus Ketua Bhayangkari I di Kepolisian Alor, di Alor ini Onie melahirkan anaknya yang ketiga yaitu Estherlina Moesye Uly, pada tahun 1949 Titus dipindahkan ke Maumere, sebagai Kepala Kepolisian I Daerah Sikka di Maumere ( Detachement-Commandant) dari awal Desember 1949- 31 Desember 1949, Kepolisian Sikka juga berada dibawah Kepolisian Timor dan Kepulauannya, disinipun Onie menjadi Pendiri sekaligus Ketua Bhayangkari I Kepolisian Maumere.

Ketua Bhayangkari pertama Daerah Kepolisian Timor dan Kepulauannya (1950-1952)

Pada waktu berdirinya Republik Indonesia Serikat ( RIS ) tahun 1950, maka pada tanggal 19 Januari 1950 Dienst der Algemeene Politie In Nederlandsc – Indieh (Dinas Polisi umum di Hindia Belanda) di ambil alih oleh pejabat pemerintahan RI dan dijadikan jawatan Kepolisian ( RIS ) dan R.S. Sukanto diangkat sebagai Kepala Jawatan Kepolisian Negara RIS dan R. Sumarto diangkat sebagai Kepala Kepolisian Negara RI berkedudukan di Yogyakarta.

Onie pakaian adat Sabu lengkap

Pada 25 April tahun 1950 Titus Uly ditunjuk memimpin Kepolisian Timor dan Kepulauannya (Corps Commandant) di Kupang . Namun pada tahun 1951 Organisasi Kepolisian ini berubah menjadi “Daerah Kepolisian Timor dan Kepulauannya”, maka Pimpinan Kepolisian Republik Indonesia di Jakarta mencari calon pimpinan Polri yang republiken di NTT ( Belanda sudah mengakui Negara Kesatuan RI pada tahun 1949), dan akhirnya melalui SK. Perdana Menteri mengangkat Kompol tkt. II Titus Uly kembali dipilih dan dipercaya untuk menjadi Kepala Daerah Kepolisian Timor dan Kepulauannya di Kupang ( 1951-1952). Komisaris Polisi Kelas II Titus Uly sebagai Kepala Daerah Kepolisian Timor dan Kepulauannya meliputi wilayah kekuasaannya Bima (NTB), ditambah NTT sekarang.

Dengan Kapolda NTT Juli 2017

Pada 17 Agustus 1950, Negara Indonesia Timur (NIT) menyatakan bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga secara otomatis Daerah Kepolisian Timor dan Kepulauannya berada dibawah Kepolisian Republik Indonesia dan sebagai Kepala Kepolisian Daerah Timor yang pertama dijabat oleh Komisaris Polisi Kelas II Titus Uly pada tahun 1951-1952 (Catatan dari Sejarah Polda NTT di Wikipedia). Sehingga dikemudian hari Polda NTT menetapkan Kompol tkt. II Titus Uly sebagai Kepala Kepolisian NTT yang pertama ( Nama Titus Uly oleh Polda NTT ‘diabadikan’ sebagai nama Rumah Sakit Bhayangkara Drs. Titus Uly-Kupang ).

Prasasti RSB-Titus Uly

Onie sejalan dengan itu, menjadi Ketua Bhayangkari Daerah Kepolisian Timor dan Kepulauannya, ketika bertugas di Kupang ini Oniepun meletakkan dan membentuk dasar-dasar Organisasi Bhayangkari di NTT. Pada tahun 1950 lahirlah anak keempat yaitu Lenny Uly dan anak kelima yaitu Yakhobus Jacki Uly (1952).

Onie dengan anak2 di Kupang 2016

Mengikuti suami ke PTIK Angkatan V Jakarta (1952-1958)

Setelah itu Titus Uly mendapat kesempatan mengikuti pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian Angkatan ke-V di Jakarta (1952-1958), Titus merupakan Polisi asal NTT yang pertama kali mengikuti Pendidikan Sarjana Perwira di PTIK. Maka di tahun 1952 Onie dan Tituspun memboyong anak-anaknya pindah ke Jakarta, oleh teman-teman seangkatannya Titus Uly dianggap paling senior dikarenakan Titus telah memiliki anak 5 orang. Oniepun sekarang disibukkan dengan mengurus rumah tangga,

Foto keluarga di Jakarta 1956

mengurus anak-anak maupun mengurus sanak keluarga baik dari dia sendiri maupun dari Titus yang ikut tinggal dirumah mereka di Jalan Jatinegara Barat Jakarta Timur. Di Jakarta ini kehidupan rumah tangga Titus Uly sebagai seorang mahasiswa, ‘cukup susah’ , mengingat pendapatan yang kecil dari gaji seorang mahasiswa PTIK, mana dapat mencukupi keluarga dengan 5 orang anak dan ditambah (kurang lebih) 10-12 orang keluarga yang ikut tinggal dalam rumah tersebut, menurut tutur kakak saya Yos dan Jacki Uly tiap hari sarapannya Bubur, Telur Ayam (satu butir dibagi empat), kalau ada roti ya roti buaya yang dibagi-bagi agar cukup untuk semua penghuni rumah, kadang-kadang kalau tidak ada uang lagi ya menjual barang ke loak di pasar mester yang tidak jauh dari lokasi rumah.

Istri mahasiswa PTIK angk.V dengan Pres.Soekarno dan ibu, Wapres M.Hatta dan istri serta Kapolri dan Istri ( 1959)

Tetapi sebagai seorang istri lagi-lagi Onie dapat mengaturnya dengan baik keuangan rumah tangga. Di Jakarta menjelang tamatnya Titus Uly dari PTIK lahirlah anak ke VI yaitu Nicky Nickolas Uly ( Mei 1957).

Onie dan anaknya Nicky (1957)

Ketua Bhayangkari pada Skomdak XIV Kalimantan-Timur

Natal tahun 1962 di Balikpapan

Setelah mengikuti pendidikan di PTIK selama 5 tahun, ditambah Praktek lapangan selama setahun,maka pada tahun 1959 Titus pun mendapat penugasan pertama ke Balikpapan Kalimantan Timur sebagai Komandan Resort ( Danres) Kutai Selatan dan Pasir (1959-1960) serta menjadi Kepala Bahagian Perlengkapan (Logistik) dan Ass. II (1960-1964) pada Komdak XIV Kalimantan Timur . Onie pada masa itu terpilih sebagai Ketua Daerah Bhayangkari pada Komdak XIV Kalimantan Timur, Onie terpilih dalam pemilihan langsung oleh anggota Bhayangkari (pada saat itu Ketua Daerah Bhayangkari bukan secara otomatis diduduki oleh istri Pimpinan tertinggi, tetapi melalui pemilihan anggota). Hal ini makin membuat Onie berkembang dan bertumbuh menjadi pemimpin wanita/ istri polisi yang kuat dan berpengalaman. Di Balikpapan ini lahir anak VII yaitu Nonce Uly (Desember 1959) dan anak kedelapan pasangan Titus dan Onie yaitu Robby Uly (Agustus 1962).

Foto sekeluarga di balikpapan tahun 1961

Ketua Harian Cabang Bhayangkari Akabri Kepolisian di Sukabumi.

Titus Uly dan Onie Kupang 1969

Pada tahun 1964-1969 Titus Uly mendapat penugasan baru masuk di Lembaga Pendidikan Polri yakni Sebagai Instruktur Sekolah Angkatan Kepolisian (SAK) dan Dosen Akabri Kepolisian di Sukabumi Jawa Barat. Adapun jabatan yang dipercayakan adalah sebagai Ketua Bidang Pengajaran dan Koordinator Dosen di Akabri Kepolisian ( sekarang adalah Direktur Pendidikan Akpol ), hebatnya sang istri Onie lagi lagi terpilih sebagai Ketua harian Cabang Bhayangkari Akabri Kepolisian, mengalahkan istri-istri pimpinan Akabri Kepolisian lainnya. Sudah mulai nampak “darah kepemimpinan” pada ibu Onie, selalu tampil sebagai Pemimpin dalam organisasi Internal Wanita Istri2 Polisi.

Sukarelawati di Sukabumi 1964

Di Sukabumi Onie memimpin istri2 Polisi mengikuti Latihan Militer Sukwati (Pendidikan Sukarelawan Militer bagi istri2 ABRI saat itu), tetapi Onie tetap memperhatikan rumah tangga, dia tetap memperhatikan pertumbuhan baik fisik maupun pendidikan anak2nya, di Sukabumi ini lahir anak kesembilan yaitu Ridho Galih Uly (Oktober 1965). Sebagaimana yang kita ketahui bahwa sekitar tahun 1964, 1965 dan 1966, inflasi di Indonesia melejit secara mengerikan. Saat itu saban minggu itu harga barang bisa naik berlipatganda. Duit tidak ada arti sama sekali. Khususnya bagi orang‐orang gajian itu menimbulkan suasana yang panik. Kalau pejabat gajinya tidak berarti lagi, mereka cepat‐cepat lari ke dunia korupsi, catut, dsb. Orang melarikan duitnya untuk beli tanah. Karena tanah dianggap sesuatu yang bisa mempertahankan harganya.Keadaan ekonomi waktu itu menimbulkan suatu kegelisahan di seluruh Indonesia.

Onie ikut Sukarelawati di Sukabumi

Orang merasa masa depannya sangat gelap, tidak normal, dan serba tak menentu. Terus, ada kemiskinan yang luar biasa. kemerosotan ekonomi nasional, terjadi hyper inflasi serta negara terbelit hutang luar negeri yang besar, demonstrasi mahasiswa dan pelajar terjadi dimana-mana, masyarakat miskin meningkat, PNS/ABRI maupun Rakyat makan “Bulgur” . Hal ini turut terasa oleh keluarga Titus dan Onie, dengan anak 9 (sembilan ) orang, bisa dibayangkan bagaimana sulitnya seorang ibu Onie harus mengatur keuangan rumah tangga, memikirkan biaya sekolah maupun makan minum anak2nya dalam kondisi ekonomi nasional yang lagi terpuruk. Tetapi semuanya dapat dilewati dengan baik, Onie tetap mampu berdiri sebagai Ibu Rumah Tangga, sebagai Istri maupun sebagai pimpinan organisasi Bhayangkari.

Ketua Harian Bhayangkari Komdak XVII NTT dan sebagai Anggota DPRD Prop.NTT Wanita pertama (1971-1977).

Onie dengan Bhayangkari skomdak XVII NTT (Kupang 1971)

Pada tahun 1969, Titus Uly dipindahkan kembali ke Kupang-NTT sebagai Kepala Staf pada Satuan Komando Daerah Angkatan Kepolisian XVII NTT (SKOMDAK XVII NTT). Onie dan anak-anakpun diboyong kembali ke Kupang, di NTT ini sebagai istri Kastaf.Onie masih tetap sebagai Ketua Harian Organisasi Bhayangkari Skomdak XVII NTT. Onie sebagai Pimpinan Bhayangkari NTT pada Pemilu 1971 melalui Persatuan istri-istri ABRI di NTT diusulkan sebagai Anggota DPRD Propinsi NTT dan berhasil.

Onie ketika menjadi anggota DPRD Prop.NTT tahun 1971-1977 di Kupang

Onie menjadi Wanita NTT pertama yang menjadi Anggota DPRD Propinsi NTT periode 1971-1977 (Era Orde Baru), sekaligus Onie mulai menapakkan kakinya sebagai seorang Politikus dari Golongan Karya. Terpilih sebagai Anggota DPRD Prop.NTT kedua kalinya (1977-1982).

Fraksi Karya Pembangunan DPRD Prop.NTT

Pada tahun 1973 Titus Uly memasuki Masa Persiapan Pensiun (MPP) dari Polri, tetapi pada tahun 1974 oleh Pemerintah Pusat Titus dikaryakan kembali sebagai Kakanwil Dikbud NTT untuk periode 1974-1976, secara otomatis Onie pun menjadi Ketua Umum IDHATA NTT .

Onie dengan anak dan cucu tahun 2017

Titus Uly sempat ditunjuk sebagai Koordinator Tim Pendamping Pembentukan Kanwil. Dikbud di Timor Timur selama 3 (tiga) bulan (November 1976-Januari 1977). Kemudian pada tahun 1976-1980 Titus Uly kembali ditunjuk dan diangkat sebagai Dekan Fakultas Keguruan, Ketataniagaan dan Hukum (FKKH) di Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, maka Oniepun menjabat sebagai Ketua organisasi Dharma Wanita cabang FKKH. Pada Pemilu tahun 1977 Onie terpilih lagi sebagai Anggota DPRD Propinsi NTT untuk yang kedua kalinya ( Periode 1977-1982) dari Golkar, sedangkan Titus Uly pada tahun 1979 terpilih sebagai Ketua Golkar NTT periode 1979-1984, Oniepun pada waktu yang hampir sama terpilih sebagai Pemimpin yang pertama dari Organisasi Himpunan Wanita Karya (HWK) NTT .

Onie dengan ibu Gubernur NTT serta istri2 Pimpinan ABRI di Prop.NTT (1970)

Titus Uly kembali terpilih menjadi Anggota MPR-RI Utusan Daerah pada periode 1980-1982.

Keluarga dan Penutup.

Leonie Victoria Uly-Tanya sebagai seorang Wanita, Istri maupun seorang Ibu telah mampu menunjukkan prestasinya, dia sebagai seorang Ibu telah mampu mendidik dan mengantar anak-anaknya yang sembilan orang berhasil dibidang kehidupannya masing-masing baik dalam kehidupan berkeluarga maupun dalam berkarier dibidang pekerjaan, seperti :

1, (Alm) Johana Monica Uly menikah dengan (Alm) Kombes.Pol (purn) Johanis Paulus (mantan Wakapolwil NTT dan Anggota DPRD Propinsi NTT) berdomisili di Kupang.

2. Prof.Dr.Ir. Yos Uly, MM, M.BA (Pensiunan Pegawai Bank BAPINDO, Dosen) menikah dengan Audrey Margriet Gimon, B.Ac ( Pensiunan Pegawai Bank Niaga Jakarta ) domisili di Jakarta.

3. (Alm) Estherlina Moesye Uly, Sm.Hk. menikah dengan (Alm) John Couturier , domisili di Darwin Australia.

4. (Alm) Lenny Uly menikah dengan Tony Aarts berdomisili di Breda-Belanda.

5. Irjenpol.(Purn) Drs. Yakhobus Jacki Uly, MH (mantan Kapolda NTT, mantan Kapolda Sulawesi Utara, serta Anggota DPR-RI ) menikah dengan Ratna Simanjuntak, Sm.Perawat, berdomisili di Bogor-Jawa Barat.

6. Ir Nicky Nickolas Uly, M.Si (Pensiunan PNS Kota Kupang, mantan Anggota DPRD Kota Kupang), menikah dengan Dra. Th. Balina Oey, M.Si ( Pensiunan PNS pada Pemerintah Kota Kupang) berdomisili di Kupang.

7. Nonce Uly, SE (Pensiunan PNS pada Pemerintah Propinsi NTT) berdomisili di Kupang.

8. (Alm) Robby R. Uly, SE (Pensiunan PNS pada Kantor Perwakilan Pemerintah Prop.NTT di Jakarta) menikah dengan almh. Indri (PNS Kementerian), kemudian menikah lagi dengan Ratna ( Pegawai Swasta) berdomisili di Jakarta.

9. Ridho Galih Uly, SH ( Pensiunan PNS pada Pemerintah Propinsi NTT) berdomisili di .Kupang.

Sebagai Anggota DPRD Prop.NTT 1977-1982

Sebagai seorang Istri, Onie mampu mendampingi suaminya, dia mampu pula menjadi pemimpin bagi Organisasi Istri-Istri anak buah suaminya dalam segala sisi dan aspek, baik ketika suaminya penugasan di wilayah terpencil maupun ketika suaminya bertugas dipusat pemerintahan, Onie mampu menyaingi suaminya dan tampil sebagai Pemimpin. Sebagai seorang Wanita, Onie mampu tampil secara Emansipatif bersaing dengan kaum Laki-Laki dengan kedudukan yang sejajar seperti yang dia tunjukkan ketika dia menjadi Anggota DPRD Propinsi sebanyak 2 (dua) kali, periode yakni 1971-1977 dan 1977-1982.

Dengan cucunya Yudhi Riwoekore

Mama Onie adalah Saksi Sejarah 6 (enam) Jaman yakni Jaman Penjajahan Belanda ; Jaman Penjajahan Jepang ; Jaman Awal Kemerdekaan ; Jaman Orde Lama ;Jaman Orde Baru dan Jaman Reformasi.Atas keberhasilan dan prestasi yang telah dicapai oleh Onie tersebut diatas pada tanggal 26 Maret 2019, Harian Timor Express Kupang bekerja sama dengan Dekranasda Propinsi NTT menganugerahkan ibu Leonie Victoria Uly-Tanya “ KARTINI AWARD 2019” yang diserahkan langsung oleh Istri Gubernur NTT Ny. Yulie Laiskodat-Sutrisno.

Pada tanggal 04 Februari 1989 Suami tercinta Titus Uly meninggal dunia dalam usia 69 tahun, dia meninggalkan istrinya Onie yang tetap berada disamping anak2, cucu2 serta cicitnya.

Pemakaman suami tercinta Titus Uly pada 8 Februari 1989
Ultah oma Onie yang ke-88

Oma Onie Uly-Tanya sudah cukup purna karena sudah berusia 92 tahun dan beliau tetap sehat walaupun sudah lemah, tidak seperti dulu yang adalah seorang Wanita yang Cerdas dan Cekatan. Tetapi dia telah menorehkan banyak prestasi dalam karya sepanjang hidupnya yang membanggakan bagi anak cucu serta Keluarga Besar Titus Uly tentunya.

Ultah oma Onie yang ke-91

Meninggal Dunia

Pada hari Rabu 17 Februari 2021, pukul 04.15 Wita, Leonie Victoria Uly-Tanya Meninggal Dunia di Rumah Sakit S.K.Lerik-Kupang setelah dirawat selama kurang lebih 2 (dua) minggu dalam usia yang cukup purna yakni 92 tahun dan 9 bulan.

Almarhumah dimakamkan di TPU Mapoli-Kupang pada tanggal 19 Februari 2021.

Berita TVRI berkenaan dengan meninggalnya mama/oma/oyang Leonie Victoria Uly-Tanya :

Kapolda dan Wakapolda NTT memberikan penghormatan terakhir kepada Mama Onie

Sumber Data dan Foto : Google, Wikipedia, tulisan Peter A. Rohi serta Foto/Data dari Keluarga.

NNU

Bendera Merah Putih Berkibar di Timor-Kupang Mendahului Proklamasi 17 Agustus 1945. ( Sebuah lentingan Kepatriotan di Timor )

Bendera Merah-Putih

Bendera Merah Putih Berkibar di Timor

Bendera Merah Putih sebagai lambang Negara Republik Indonesia ternyata telah berkibar di Pulau Timor 4 (empat) bulan mendahului Proklamasi 17 Agustus 1945 di Jakarta atau tepatnya bendera Merah Putih itu dikibarkan pada tanggal 29 April 1945 di Lapangan Airnona-Kupang, setelah itu Jepang melarang mengibarkan bendera Merah Putih. (Amar ola keda.Kupang/BaliNewsNetwork).

Tidak tercatat apakah bendera Merah Putih juga dikibarkan saat pembentukan BPUPKI di Jakarta 29 April 1945 dan Rapat BPUPKI yang pertama 29 Mei – 1 Juni 1945. “Apabila tidak disertai pemasangan bendera Merah Putih pada kedua acara itu, maka pengibaran Merah Putih di lapangan Airnona, Kupang merupakan pertama sebelum pengucapan Proklamasi Kemerdekaan RI oleh Soekarno dan Moh.Hatta,” ujar sejarawan yang juga wartawan senior, Peter A. Rohi.

Di Kupang, Sekutu menunjuk Australia melakukan pelucutan terhadap tentara Jepang. Tidak ada perang antara sekutu, apalagi Belanda dengan Jepang yang sudah menyerah, beberapa hari setelah Amerika membom Nagasaki dan Hirosima. Dengan demikian tidak ada serbuan Belanda yang memukul mundur Jepang. Perdana Menteri Jepang Koiso Kuniaki pada Sidang Istimewa ke-85 Parlemen Jepang (Teikoku Ginkai) 7 September 1944 mendeklarasikan kemerdekaan bagi Negara-negara yang ada di bawah kekuasaan Jepang “kelak kemudian hari”.

Deklarasi Koiso itu dapat dimengerti karena berkaitan dengan posisi Jepang yang semakin terjepit dalam Perang Pasifik setelah Sekutu berhasil merebut pertahanan Jepang di Papua Nugini, Morotai dan Halmahera, Kepulauan Solomon, Kepulauan Marshall, bahkan Kepulauan Saipan yang letaknya sudah sangat dekat dengan Jepang. Jepang buru-buru menjanjikan kemerdekaan untuk Indonesia dengan harapan rakyat Indonesia tetap berada di belakang tentara Jepang. Bendera Merah Putih boleh dikibarkan dan lagu kebangsaan boleh dinyanyikan. Tetapi janji itu belum terujud, karena Jepang masih setengah hati. Namun, tanggal 20 Oktober 1944 pagi, Panglima Sekutu Jenderal Mac Arthur turun dari kapal penjelajah Nashvile menaiki sebuah kapal pendarat yang membawanya ke pantai timur Leyte, membuat Jepang makin terdesak.

Tentara Jepang dilucuti senjatanya oleh Sekutu

Menghadapi situasi yang kritis itu, pada tanggal 1 Maret 1945 Panglima tentara ke-16, Letnan Jenderal Kumakici Harada, mengumumkan pembentukan Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tujuan pembentukan badan tersebut untuk menyelidiki dan menyiapkan kemerdekaan Indonesia. BPUPKI dilantik 29 April1945 bertepatan dengan hari kelahiran Kaisar Hirohito. Badan ini beranggotakan 67 orang dengan ketua Dr. K.R.T. Radjiman Widiodiningrat dan Raden Pandji Suroso, serta Ichi Bangase mewakili Jepang ditambah 7 lagi anggota Jepang yang tidak memiliki hak suara.

Di Pulau Timor, kedudukan Jepang masih kuat karena di situ ditempatkan pasukan terkuat Jepang yang semula disiapkan untuk menghadapi pasukan sekutu yang terkonsentrasi di Australia. Namun Mac Arthur tidak melalui Timor dalam perjalanannya “kembali” ke Philipina.

Pada saat bersamaan dengan berdirinya BPUPKI di Jakarta, Minseibu (Kepala Pemerintahan sipil Jepang) di Timor (atas permintaan partai PDI-T) kemudian bersepakat dengan para tokoh masyarakat serta massa dan pimpinan dari Partai Demokrasi Indonesia-Timor (PDI-T) yang ketika itu tengah mengadakan Rapat Raksasa ( hadir sekitar 3000 orang) untuk melaksanakan penaikan bendera Merah Putih (berkibar sejajar dengan bendera Jepang Hinomaru) bertempat di lapangan olah raga Airnona. Bendera ini diserahkan oleh penguasa Angkatan Laut Jepang di Timor kepada Ketua Dewan Raja-raja Timor, H. A. Koroh, dan tokoh masyarakat I. H. Doko selaku Ketua Umum PDI-T.

Penaikan Bendera Merah-Putih 29 April 1945 di Lapangan Airnona

Dalam buku lain disebutkan, Titus Uly yang kemudian menjadi Kepala Polisi Keresidenan Timor adalah pengerek bendera di lapangan Airnona itu. “Dengan demikian tidak benar pengibaran bendera itu dilakukan di rumah kepala daerah Jepang (Ken Kanrikan). Pengibaran bendera sebelum Proklamasi Kemerdekaan ini merupakan hal yang luar biasa,” tutur Peter.

Tercatat, bendera Merah Putih pertama dikibarkan pada tahun 1922 di Belanda pada saat pembentukan Perhimpunan Indonesia ( Indonesische Vereeniging) yang diketuai oleh Herman Kartawisastra, lima tahun kemudian Merah Putih dikibarkan pada saat Pendirian Partai Nasional Indonesia di Bandung. Setahun setelah itu Merah Putih berkibar pada kongres Pemuda 28 Oktober 1928 di Jakarta. Setelah itu Bung Karno memasang bendera Merah Putih pada mobil sedan “buick” yang membawanya dari Padang menuju Palembang, Februari 1942,” imbuh Peter.

(Amar Ola Keda)

Penulis/Pewawancara : Amar Ola Keda; Terwawancara : Peter A. Rohi

Awal Perjuangan Politik di Keresidenan Timor.

SEPAK TERJANGNYA TIMORSCHE VERBOND (1921-1939).

S.W.Tanya, E.R.Herewila dan Stefanus n’Doen

Berawal dari berdirinya Perkumpulan Timorsche Verbond di Makassar oleh J.S.Pella dan J.W. Amalo pada bulan September tahun 1921 dan diakui secara hukum pada tanggal 8 Juni 1922.

Pada awalnya Organisasi ini dipimpin J.W.Amalo , Timorsch Verbond merupakan sebuah Organisasi awal di Timor yang bertujuan untuk melawan Penjajahan Belanda melalui langkah-langkah Politik. Didalam Anggaran dasarnya organisasi ini semula berjuang untuk kesejahteraan masyarakat Timor dan Kepulauannya namun dalam perkembangannya ternyata berkembang menuju Partai Politik bukan lagi Organisasi Sosial seperti cita-cita awalnya. Dalam perjuangan kedepannya Organisasi ini sudah membuat goncangan-goncangan di kalangan Pemerintah Hindia Belanda di Timor, Organisasi ini sering melakukan koreksi dan gerakan-gerakan politik terhadap kepemerintahan Belanda di Timor. Beberapa Tokoh Timorsch Verbond yang berpengaruh dalam gerak langkah organisasi ini adalah John Wenifred Amalo (J. W. Amalo), Stevanus Ndoen, S.W. Tanya, C. Piry, M. H. Pello, J. J. Bakker, S. J. Lauwoie serta Elisa Rame Herewila (E. R. Herewila).

Organisasi Timorsch Verbond saat dipimpin oleh J. W. Amalo pada awal pelaksanaan Programnya lebih menitik beratkan kepada Program Pendidikan . Mereka juga menerbitkan Soerat Kabar yang bernama Soeloeh Timor yang terbit sekali dalam sebulan. J. W. Amalo sebagai Ketua Organisasi pada tanggal 01 Juli 1923 melaksanakan Konggres Organisasi Pertama di Bioskop Sientje Makassar yang dihadiri oleh ratusan utusan cabang dari seluruh Hindia Belanda, Konggres ini dipimpin oleh G.H.R. Elloeama. Timorsch Verbond pada tahun 1923 telah memiliki beberapa cabang seperti di Sumba, Sabu, Bima dan Maumere, Atambua, Kupang dll, yang totalnya pada tahun 1923 adalah 16 cabang dengan hampir 2000 anggota.

Timorsch Verbond memiliki Pemimpin yang berhasil membawa organisasi ini menjadi organisasi yang aktif berperan memperjuangkan Kemerdekaan Republik Indonesia. Timorsch Verbond menjadi sebuah pergerakkan untuk kepentingan Nasional dan bukan hanya untuk kedaerahan, pergerakkan-pergerakkan yang dilakukan organisasi ini secara terstuktur dan masif. Terobosan yang dilakukan adalah menumbuhkan dan membangkitkan rasa nasionalis kepada para anggota Timorsch Verbond secara khusus maupun kepada masyarakat NTT yang ada secara umum.

Dukungan terhadap berdirinya Organisasi Timorsch Verbond di Timor didapat dari Pemimpin Tradisional ( Raja ) setempat yakni masing-masing Raja Amarasi H. A. Koroh dan Raja Kupang Alfons Nisnoni, Pemimpin Timorsch Verbond di Timor adalah M.H. Pello seorang Pendeta. Di Kupang, Timorsch Verbond pada tahun 1923 sempat mendirikan sebuah sekolah Hollandsch Inlandersch School (HIS) yang diperuntukkan bagi siswa-siswa pribumi Timor dan sekitarnya ( HIS ini hanya bertahan sampai tahun 1925 dan ditutup oleh Belanda), tetapi sebagai gantinya Timorsch Verbond membuka sekolah baru yang bernama Timorsch School.

Pemimpin Timorsch Verbond juga melakukan terobosan yang diawali ketika tokoh dari organisasi ini turut serta dalam Kongres Pemuda Indonesia kedua di Batavia/Jakarta. Kongres ini berhasil menyatukan segala azas organisasi menjadi satu yakni Kesatuan Tanah air, Bangsa dan Bahasa. Pada Kongres kedua dari organisasi Timorsch Verbond tanggal 19-23 Juni 1932 yang dilaksanakan di Gedung Sun Lie Kupang (ex. gedung Bioskop Raya di kampung Solor sekarang), organisasi ini membicarakanlah tentang Politik menuju Indonesia Merdeka. Pada Kongres kedua dihadiri oleh utusan PPPKI, Pengurus Besar Surabaya, Makassar, Sumbawa, Flores dan Sumba. Saat tiba di pelabuhan Kupang, para peserta kongres disambut oleh aubade lagu indonesia Raya dan lambaian bendera Merah Putih oleh anak-anak sekolah Timorsch School di Lapangan Kantor Resident Belanda- Fontein dibawah pimpinan guru Soeprapto (Kisah guru Soeprapto dapat dibaca via link ini >> ( https://nickywritehistory.wordpress.com/2022/03/31/kisah-patriotik-suami-istri-guru-yang-terlewatkan/ ) .

Suatu waktu di Tahun 1923, Organisasi Timorsch Verbond dibawah kepemimpinan J. W. Amalo berinisiatif aktif mendukung C.Piry Ketua Timorsche Verbond di Karuni-Sumba dan Saul W.Tanya Ketua Timorsche Verbond Sabu-Raijua yang melakukan Pelaporan dan Penuntutan terhadap Kontrouler Belanda di Karuni Sumba yakni Mr. Dannerberger dan Gezaghebber Israil di Sabu ke Pengadilan Yustisia di Makassar atas tuduhan Kekejaman kedua pejabat Belanda tersebut terhadap rakyat Sumba dan Sabu Raijua. Akhirnya kedua pejabat Belanda tersebut dihukum Pecat dari jabatannya dan dipindahkan. Kejadian heroik kedua tokoh Timorsche Verbond ini membuat geram pemerintah Hindia Belanda , karena bagaimana bisa kedua tokoh Timorsche Verbond bisa mengalahkan pejabat Belanda pada Pengadilan Belanda sendiri. Melalui kejadian ini membuat Timorsche Verbond semakin mendapat hati dan dukungan dari rakyat di Keresidenan Timor pada umumnya. Kejadian lainnya, ditahun 1933. Timorsche Verbond dibawah kepemimpinan E.R.Herewila juga berjuang membela masyarakat Della-Rote Barat Laut yang 318 rakyatnya mengalami penyiksaan oleh Kontrouler Enklaar disana. Ketua Timorsche Verbond E.R.Herewila meminta Ketua Pengadilan Belanda di Makassar Mr. Yonkman agar segera turun ke Rote guna melihat dan mencari data dan fakta kejadian “Della Affair” di Rote, hal ini dilakukan oleh Mr. Yonkman dan hasil kunjungannya membuat Kontrouler Belanda di Rote dicopot dan tokoh pejuang Rote yakni Soleman Hangge dibatalkan Hukuman Matinya . Sekali lagi Timorsche Verbond telah membela rakyat.

Timorsche Verbond sempat dipindahkan ke Surabaya dan dipimpin oleh Ketua S.J. Lauwoie dan ketua muda Stevanus nDoen serta F. Djami sebagai Sekretaris satu dan B. Sjioen sebagai Bendahara, sedangkan Josef Uly bersama F. Islikoe bertindak sebagai Komisaris. Timorsch Verbond di Surabaya sempat mengikuti Konggres PPPKI (Permufakatan Perkumpulan Politik Kebangsaan Indonesia) pada tanggal 19-23 Juni 1932, Timorsche Verbond dengan tegas menyatakan ” Menghendaki Kemerdekaan Indonesia dengan segera “, dan untuk itu Timorsche Verbond menyatakan bergabung dengan PPPKI. Timorsche Verbond semakin dimusuhi oleh Belanda, Belanda menggunakan politik Devide et Impera guna menghancurkan organisasi Timorsche Verbond, akibat perpecahan dari dalam pengurus Organisasi ini menyebabkan Timorsche Verbond semakin suram. Untuk itu tahun 1932 Kepengurusan Organisasi ini dikembalikan dari Surabaya ke Makassar dan berada dibawah kepimpinan E.R.Herewila dibantu oleh J. R. Meroekh sebagai Sekretaris satu dan H. I. Adam sebagai Sekretaris dua. Dibawah kepemimpinan E.R.Herewila, Organisasi ini semakin berkembang, selain mempunyai cabang diberbagai daerah seperti di Rote, Timor Sabu bahkan berkembang sampai di seluruh wilayah Flores. Tahun 1934 karena Organisasi semakin besar maka Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan larangan berorganisasi dan berapat melalui Undang-Undang Vergader Verbond. yang melumpuhkan semua kegiatan organisasi Timorsche Verbond. Akhirnya dalam perjalanan organisasi ini semakin suram, tetapi sebelum organisasi ini bubar pada tahun 1939, Timorsche Verbond pada tahun 1937 masih sempat membela Rakyat Larantuka dari kekejaman pejabat Pemerintah Belanda disana yang menyiksa rakyat di Larantuka, atas perjuangan Timorsche Verbond dibawah kepemimpinan E.R.Herewila dan kawan2 maka Pejabat Pemerintah Belanda dipecat dan dihukum oleh Pengadilan Yustisia di Makassar.

Timorsche Verbond boleh ‘ Mati” pada tahun 1939 secara organisatoris, tetapi hasil perjuangannya menyebabkan muncul Organisasi-Organisasi Politik lainnya di NTT seperti Timorche Yongeren, Perserikatan Kebangsaan Timor (PKT), Partai PDI-Timor dll, serta menggelorakan para Pemuda NTT untuk berjuang Fisik maupun Politik di Jawa seperti Pemuda I.H.Doko, pemuda El Tari, Pemuda Tinus Amos Pah, Pemuda Yoseph Toelle, Is Tibuludji, Herman Johannes, pemudi Toni Sjioen kakak beradik, pemuda I.R.Lobo dan lain-lain.

Sumber : Skripsi tentang Sejarah Pergerakan Timorsch Verbond 1921-1939 (Penulis Trinovianti Sallata dari Fakultas Ilmu Budaya Departemen Ilmu Sejarah pada Universitas Hasanudin) tahun 2023.

NNU

Kisah Putra NTT di Wilayah konflik Kamboja

Jacki Uly sebagai Kapolda Propinsi Takeo di Kamboja

Brimob Jacki Uly

Sebagai Kapolda PBB Propinsi Takeo di Kamboja

Provinsi Takeo Kamboja (masa kini)

Pada tahun 1992 saat itu Jacki Uly sedang menjabat sebagai Dansat Brimob Polda Nusra, dia mendapat perintah dari Mabes Polri untuk mempersiapkan diri, karena akan mendapat penugasan sebagai anggota Kontingen Pasukan Perdamaian Garuda (KONGA XII/D) Polri – PBB di Kamboja.

Ini adalah penugasan kedua Jacki dalam pasukan perdamaian PBB setelah sebelumnya (1989-1990) bertugas di KONGA X Namibia-Afrika Barat Daya.

Letkol.(pol). Jacki Uly menjabat sebagai Wakil Komandan Pasukan Garuda Polri di Kamboja, sedangkan bertindak selaku Komandan Kontingen adalah Kol.Pol. S.Tarigan serta dibantu beberapa Pamen Polri seperti Mayor pol.Harry Sasongko, Mayor Pol. Gories Mere, Mayor pol. Luther Harefa, Mayor Pol Hendry Askari serta beberapa perwira pertama Polri beserta 100 lebih orang anggota pasukan setingkat bintara melengkapi anggota pasukan yang sudah beberapa bulan bertugas di Kamboja. Sedangkan Pasukan Perdamaian PBB dari TNI dipimpin oleh Letkol.Inf. Ryamizard Ryacudu.

Setelah sampai di Kamboja, Jacki dipromosikan menjadi UNTAC Civilian Police Provincial Commander ( Kapolda PBB ) di Propinsi Takeo, Propinsi Takeo ini adalah Propinsi di Kamboja yang berbatasan langsung dengan Vietnam, membawahi 10 (sepuluh) Distrik atau Kabupaten, serta 1117 village/desa. Propinsi Takeo termasuk propinsi yang paling “rawan” di Kamboja karena tempat konsentrasi pasukan Khmer Merah yang bermusuhan dengan Vietnam.

Pasukan PBB asal Indonesia di Kamboja (Garuda XII)

Jacki selaku Kapolda Takeo dibantu Wakapolda Surp.Intendant Larsen dari Norwegia, serta Komandan Operasinya Surp. Intendant Dugan dari Philipina , dan disetiap Kabupaten yang ada di Propinsi Takeo, komandan Districk nya ( Kapolres) dipimpin oleh Perwira dari Pasukan Polisi Perdamaian PBB yang ada ( ada 14 Kontingen Pasukan Polisi PBB yang bertugas disana).

Efektifitas Kerja Polri pada Konflik Kamboja tahun 1992-1993

Keikutsertaan Indonesia dalam misi perdamaian PBB menghasilkan kesuksesan dan mendapatkan “penghargaan tertinggi” dari PBB dan pemerintah Kamboja. Dengan masih adanya konflik-konflik bersenjata di dunia, kehadiran pasukan perdamaian Indonesia akan tetap penting dan diharapkan sumbangsihnya di masa depan. Polisi PBB adalah alat penting yang digunakan oleh organisasi untuk membantu mempromosikan perdamaian dan keamanan. Setiap hari Polisi PBB memperkuat dan membangun kembali keamanan dengan berpatroli, bekerjasama dan bertindak sebagai penasihat bagi Polisi lokal, membantu memastikan kepatuhan terhadap standar internasional Hak Asasi Manusia, dan membantu berbagai kegiatan untuk memulihkan dan meningkatkan keselamatan publik dan supremasi hukum. Untuk mewujudkannya, Polisi PBB dalam UNTAC harus berkomitmen penuh terhadap mandat yang telah diberikan, walaupun terdapat kendala waktu dan keterbatasan ekspertasi para petugas di lapangan. Komitmen dalam menjaga pelaksanaan mandat merupakan kunci dasar dalam mengembalikan kedamaian di negara berkonflik. Selain itu meminimalisir kesalahan dalam bekerja sebagai Pasukan Penjaga Perdamaian juga sangat penting diperhatikan agar tercipta kedamaian yang hakiki di Kamboja. Hal ini merupakan kebanggaan bagi Jacki dan teman2nya yang dengan baik dapat melaksanakan mandat negara saat bertugas di wilayah konflik Kamboja .

Sebagai Kapolda PBB di Propinsi Takeo-Kamboja

Adalah tidak mudah mendamaikan kedua faksi yang berperang, antara Pasukan Pemerintah Kamboja/Phnom Penh dengan Pasukan Khmer Merah, karena UNTAC yang ditugaskan agar berdiri Netral sering digoda oleh Khmer Merah untuk mundur sejenak beri waktu kepada tentaranya untuk menyerang faksi Phnom Penh, tentunya hal tersebut ditolak dengan halus oleh Pasukan Perdamaian PBB (UNTAC), pernah terjadi tentara PBB asal Belanda di Provinsi Battambang “diusir” oleh Pasukan Khmer Merah, bahkan Helikopter Pasukan PBB yang sedang mengangkut pasukan sering ditembaki oleh Khmer Merah. Memang Faksi Khmer Merah terkenal ganas dan kejam, tentunya kita masih ingat film layar lebar ” The Killing Field” tahun 1984, yang dibintangi oleh Sam Waterston, Yulian Sands dan aktor Kamboja Dirth Pran, dalam film itu diceritakan bagaimana sadis dan jahatnya tentara Khmer Merah sehingga mereka tega membantai rakyat Kamboja (Genocide) sebanyak 1-1,5 juta orang dan dikubur massal (Killing Field), pemimpin Khmer Merah Khieu Sampan dihukum seumur hidup (2014) atas kejahatan kemanusiaan tersebut.

Khieu Sampan ketika diadili tahun 2014

Tetapi dari seluruh Pasukan PBB yang bertugas di Kamboja, Khmer Merah hanya bersimpati dengan Pasukan PBB asal Indonesia, karena tentara dan polisi PBB asal Indonesia pintar dalam melakukan pendekatan terhadap mereka.

Pengungsian besar2an Rakyat Kamboja akibat teror Khmer Merah

Pasukan Polisi Perdamaian PBB bertugas untuk mencegah terjadinya Pelanggaran HAM, penegakkan Hukum serta turut merehabilitasi infrastruktur yang rusak dan menjaga Ketentraman Kamtibmas diwilayah tersebut. Dalam pelaksanaan tugas tersebut 3 (tiga) orang anak buah Jacki “terkena ranjau” di Provinsi Kong Pom Tom, ketika dalam perjalanan pulang, mobil yang ditumpangi oleh Mayor Pol. Henry Askari dan anak buahnya melindas ranjau darat sehingga mobil terpental sekitar 7 meter, menyebabkan Mayor Henry (Wakapolres Jakarta Pusat) harus menjalani amputasi di kaki di Kamboja , Kamboja memang terkenal sebagai negara sejuta ranjau karena peperangan yang berkepanjangan disana.

Jabatan Jacki sebagai Kapolda Takeo kemudian diganti oleh kakak angkatannya Letkol.Pol. Merdekansyah (Akpol 1973) , Jacki sendiri pada Penugasan Pasukan Perdamaian Polri berikutnya (1996-1997) di Bosnia-Herzegovina kembali lagi menjabat 2 (dua) kali sebagai Kapolda di daerah konflik yakni di Sarajevo dan Vares. Jadi 3 (tiga) kali dia menjabat Kapolda diwilayah konflik, sekali di Kamboja serta dua kali di Bosnia Herzegovina, padahal di Indonesia sendiri dia saat itu “belum pernah” menjabat sebagai Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda).

Brimob Jacki Uly

Sumber data : buku Polisi di wilayah konflik, Challenger and Uncertainty, penulis Drs. Jacki Uly serta editor Peter A. Rohi

Y.Jacki Uly di Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Yakobus_Jacki_Uly.

serta dari Berita -berita di Google

NNU

” Jacki Uly dalam tugas International Police Task force for Bosnia Herzegovina “.

Brimob Jacki Uly

NEGARA YUGOSLAVIA PECAH

Bosnia Herzegovina adalah salah satu propinsi bahagian dari bekas Republik Federasi Yugoslavia dengan ibukotanya Sarayevo, sedangkan Propinsi Kroasia dengan ibukotanya Zagrep dan propinsi Serbia dengan ibukotanya Beograd (Beograd sekaligus adalah ibukota bekas Republik Federasi Yugoslavia) dan ada beberapa Propinsi lagi. Konflik Bosnia dan Herzegovina adalah didasarkan sejarah konflik yang panjang dan unik dimana Primordial etnis dan agama yang menjadi pemicunya, padahal mereka dari satu bangsa yang sama yakni Bosnia. Orang bosnia yang beragama Katolik digolongkan sebagai orang Kroasia, orang bosnia yang beragama Islam disebut Bosnia Muslim, sedang yang beragama Ortodox disebut sebagai Serbia.

Jacki dengan tokoh-tokoh Muslim Bosnia

AWAL MULA KONFLIK DI BEKAS NEGARA YUGOSLAVIA

Konflik tersebut berawal dari runtuhnya negara Yugoslavia dimana negara-negara bagian seperti Kroasia, Slovania, Macedonia dan Bosnia ingin segera memproklamasikan dirinya masing-masing sebagai Negara Merdeka dan Berdaulat.

Kemudian terjadi konflik antara pihak Kroasia yang berkoalisi dengan Muslim Bosnia melawan pihak Serbia yang disebabkan pihak Serbia ingin menyatukan kembali Negara-Negara tersebut seperti semula, tetapi ditolak keras oleh Negara-Negara bagian yang telah Merdeka tersebut, hal ini kemudian menyebabkan terjadinya perang saudara yang dimulai sejak Maret tahun 1992 sampai tahun 1995.

Pemuncaknya terjadi ketika MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa) dan AS mengakui Bosnia Herzegovina sebagai Negara yang merdeka sedangkan dilain pihak Serbia dibawah Pimpinan Slobodan Milasevic berusaha untuk menggagalkan usaha kemerdekaan Bosnia Herzegovina tersebut, pertempuran yang hebat terjadi diantara kedua pihak tersebut, pimpinan Bosnia Herzegovina yang terdiri dari etnis Muslim dan Kroasia menuduh Serbia sebagai aggresor terhadap kedaulatan negara Bosnia Herzegovina.

Brigjen TNI Susilo Bambang Yudoyono ketika di Bosnia Herzegovina

Pertempuran sengit yang berkecamuk didaerah Sarajevo sebelah utara, dan juga di timur Bosnia Herzegovina, hanya dalam waktu 28 bulan saja 2/3 wilayah Bosnia Herzegovina sudah dapat direbut oleh pihak Pasukan Serbia Bosnia. Dalam perjalanannya, Gencatan senjata yang disetujui antara pihak Serbia Bosnia Herzegovina dengan Muslim-Kroasia tidak pernah dilaksanakan akibat banyaknya formasi-formasi militer yang tidak di bawah komando tentara reguler yang ada di Bosnia Herzegovina dan juga diperkirakan akibat kurangnya pengaruh pimpinan politik terhadap pihak-pihak militer.

Daerah-daerah konflik yang paling sengit antara pasukan Muslim dan Kroasia Bosnia melawan Serbia Bosnia terjadi di daerah-daerah strategis utamanya di Gunung Ozren (sebelah utara kota Sarajevo), kota Brcko (bagian utara Bosnia Herzegovina), Gprasde, Maglaj dan Olovo, akhirnya meluas ke wilayah Sarajevo yaitu di kota Vares (lebih kurang 40 km dari Sarajevo). Dalam pertempuran tersebut pasukan Muslim Kroasia berusaha untuk merebut wilayah-wilayahnya yang hilang selama terjadinya krisis di Bosnia Herzegovina 2 tahun sebelumnya karena pasukan Serbia Bosnia telah menguasai hampir 2/3 wilayah Bosnia Herzegovina selama pertempuran-pertempuran dengan pihak Muslim Bosnia maupun pihak Kroasia Bosnia.

Konflik tersebut kemudian berkembang menjadi pertempuran antar 3 (tiga) pihak dimana Faksi Muslim Bosnia dan Kroasia pun pecah karena berbeda tujuan kepentingan, sehingga konflik di Bosnia Herzegovinapun menjadi perang 3 (tiga) pihak yakni Serbia versus Muslim Bosnia versus Kroasia.

Wanita Muslim Bosnia tengah meratap di makam suaminya

Pertempuran antara Muslim Bosnia dengan Kroasia di Bosnia Tengah telah menimbulkan korban dan pengungsian besar2an atau yang disebut dengan “ethnic Cleansing”, ratusan ribu nyawa melayang baik dari pihak masyarakat maupun militer, dan konflik inipun menyebabkan hampir 2.700.000 orang terlantar serta hampir 700.000 orang mengungsi ke negara-negara tetangga (Info : wikipedia.org tentang Pembersihan Etnis selama perang Bosnia)

PASUKAN PERDAMAIAN POLISI PBB ASAL INDONESIA (1996-1997)

Dunia Internasional melalui PBB ikut berprihatin dengan Perang ini, dan Indonesia sebagai bahagian dari PBB ikut bertanggung jawab dalam tugas perdamaian di Bosnia Herzegovina.

Jacki bertemu dengan Pejabat Police Task Foce for Bosnia Herzegovina

Pada minggu ketiga Januari 1996 panglima ABRI Jenderal Feizal Tandjung melepas keberangkatan Kontingen Pasukan Garuda Polri ke Bosnia Herzegovina yang dipimpin oleh Letkolpol. Drs. Jacki Uly dengan Wakil Komandan Mayor Pol Drs. Boy Salamuddin (terakhir beliau pensiun dgn Komisaris Jenderal) , dengan anggota kontingen sebanyak 26 orang yang terdiri dari dari Perwira Menengah (Pamen) dan Perwira Pertama (Pama) Polri yang terpilih sangat selektif sekali.( lihat ini >

https://www.kemhan.go.id/…//Produk/Pengerahan_Pasukan.pdf)

Sesampai didaerah konflik bekas Yugoslavia tersebut, mereka dijemput oleh Komandan Kontingen ABRI disana yakni Brigadir Jenderal Soesilo Bambang Yudhoyono yang sekaligus menjabat Komandan Pengamat Militer ( Chief Military Observer) PBB utk Bosnia Herzegovina, dan langsung juga beliau memberikan pengarahan pelaksanaan tugas kepada pasukan Garuda Polri yang baru mendarat tersebut.

MENJADI KAPOLDA PBB DI WILAYAH KONFLIK

Jacki pada penempatan pertama dia ditugaskan di Sarajevo, yakni ibukota dari Bosnia Herzegovina sebagai Komandan Distrik Polisi setempat ( setingkat dengan Kapolda ). Sarajevo merupakan ibukota yang paling hancur infrastrukturnya akibat perang berkepanjang tersebut, penduduk asli kota tersebut dipaksa keluar dan rumah2nya dirampas oleh tentara Serbia. Maka Jacki sebagai Kapolda disitu bertugas untuk mengembalikan penduduk asli dan mengeluarkan penduduk yang bukan asli, suatu pekerjaan yang tidak gampang. Jacki dalam bertugas disitu dibantu oleh Mayor pol Drs. Gufron serta dari pasukan polisi PBB lainnya seperti Jerman, AS, India, Pakistan, Banglades, Nepal, Belanda, Norwegia, Swedia, Indonesia sendiri, Perancis, Malaysia, Irlandia, Italia, Portugal, Spanyol, Mesir, Yunani dan Argentina dll.

Polisi PBB asal INdonesia ketika sedang bertugas di Bosnia Herzegovina

Ketika Jacki bertugas ditempat itu pula masih terjadi tembak menembak dan ledakkan granat masih sering terjadi dibeberapa tempat di Sarajevo seperti di Grbavica dan Ilidza, pasukan militer PBB dari NATO dan militer AS dikerahkan , demikian juga Pesawat Jet tempur maupun kendaraan berat tempur tampak berusaha untuk menengahi pertempuran di Sarajevo.

Jacki ketika mengikuti Upacara HUT ABRI di Kedubes Yugoslavia 5 Oktober 1996

Jacki sebagai Kepala Polisi di Distrik Sarajevo berhak untuk meminta bantuan pasukan militer PBB untuk mem-back up mereka dalam pelaksanaan tugas menjaga Kamtibmas dan HAM diwilayah tersebut. Setelah melaksanakan tugas beberapa waktu di Distrk Sarajevo, Jacki kemudian ditunjuk PBB menjabat sebagai Komandan Distrk Polisi PBB (Kapolda PBB) di Distrik Vares, sebagai Wakilnya Jacki adalah seorang perwira polisi dari Jerman, serta dibantu oleh beberapa chief Of Operationnya dari Swedia, Chief of Administration dari Nepal, Chief of Investigation dari AS serta Chief of Logistic dari Malaysia, sedang di beberapa tempat setingkat stasiun polisi (setingkat Polres) dibawah Jacki ada beberapa komandannya yang berasal dari Polisi Indonesia maupun perwira-perwira Polisi dari Negara lainnya seperti dari Amerika serikat, Perancis,Malaysia,India, Pakistan dll nya .

Jacki ketika menerima Penghargaan dari Komisioner IPFF Peter Fitzgerald di Sarajevo

Distrk Vares terkenal sebagai wilayah konflik Serbia dengan Muslim Bosnia, disini juga merupakan ajang “pembantaian” Muslim Bosnia oleh Serbia, Serbia saat itu dipimpin oleh Presiden Radovan Karadzic yang mana kemudian dia diadili oleh Mahkamah Internasional sebagai Penjahat Perang karena dianggap bertanggung jawab atas nyawa 8000 orang Muslim Bosnia yang dibantai oleh tentara Serbia. Oleh tentara Serbia ribuan mayat tersebut dikubur massal di beberapa tempat, Jacki sebagai kepala polisi setempat ikut dalam penggalian kembali kuburan massal itu bersama dengan dokter-dokter dari PBB diback-up oleh Pasukan militer dari Amerika Serikat dan Perancis. Setelah memimpin Pasukan Polisi PBB dari Indonesia selama kurang lebih setahun di Bosnia Herzegovina, maka Jacki dan Kontingennya pun kembali ke Indonesia pada akhir Januari 1997.

NOTE : Kisah pilu anak-anak wanita Bosnia yang dijual sebagai Pemuas Nafsu/Pelacur (Human Trafficking) keseluruh dunia oleh sindikat internasional, (yang disinyalir) diback-up oleh Pejabat-pejabat UN yang bertugas disana, pernah diangkat ceritanya berdasarkan ” true story” ke film layar lebar dengan judul “THE WHISTLE BLOWER” dengan pemeran utamanya adalah artis Rachel Weisz

Jacki dengan KomjenPol Drs Goris Mere

Sumber data dan Foto : Dari Buku ” Polisi di wilayah konflik, Challenge and Uncertainty ” (Penulis Drs.Jacki Uly,MH dan editor Peter A. Rohi)

Y.Jacki Uly di Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Yakobus_Jacki_Uly.

serta dari Berita -berita di Google

Cendana dari Timor di Bait ALLAH ?

“TUHAN telah menciptakan Pulau Timor sebagai Surga Cendana, Maluku sebagai Surganya Cengkeh dan Banda sebagai Surganya Pala”.

Kupang tempo doeloe

Cendana didunia hanya ada di dua negara yakni yang pertama di Indonesia, di Indonesiapun hanya tumbuh di pulau Timor, pulau Sumba dan pulau Solor. Cendana disini terkenal harumnya dan memiliki kualitas bagus dan dari jenis ” Santalum Album Liun”. Sedangkan yang kedua di India adalah Cendana Merah dari jenis “Ptero Carpus Indicus Weld” dengan kualitas kurang bagus ( kurang harum ). Berabad-abad yang lalu Kapal-Kapal dari seluruh dunia mampir dan mengunjungi Timor karena Pulau ini terkenal sebagai sumber Kayu Cendana yang terbaik, kulit Sapi dan Malam (lilin).

Mengingat Cendana di pulau Timor memilik kualitas sangat baik dan harum, sehingga perdagangan kayu Cendana memiliki peranan penting bahan perniagaan dunia. Wang Da Yuan menulis naskah catatan perjalanan yang berjudul Daoyi Chi Lue pada tahun 1350 yang menyebutkan bahwa di wilayah Timor tidak tumbuh pohon lain selain Cendana, dan Cendana ini dibarter dari penduduk Timor dengan Perak, Besi, Porselen, Kain dan Manik-Manik.

Pohon Cendana

Pada tahun 1225 (Abad ke-13), seorang inspektur Perdagangan dari negara Cina (Hongkong) yang bernama Chau Yu Kua menyebutkan bahwa Timor adalah negeri yang kaya akan Kayu Cendana, bahkan dikatakan bahwa cendana Timor merupakan Kayu Cendana yang memiliki mutu yang terbaik didunia. Sedangkan Mpu Prapanca (1365) dalam tulisannya pada buku Negarakertagama menyentil tentang kerajaan Timor yang telah mempunyai hubungan dengan kerajaan Majapahit, dan tampaknya hubungan tersebut lebih kepada perdagangan hasil bumi antar keduanya termasuk didalamnya yakni Perdagangan Kayu Cendana.

Pilliot Lamster menulis bahwa Perdagangan kayu Cendana oleh orang Cina telah dilakukan sejak awal abad permulaan Masehi, dimana para pedagang yang datang dari Cina telah melakukan kontak dengan Timor sejak awal abad Masehi. Selain pedagang dari Cina, juga para pedagang dari negeri India ikut datang dan melakukan perdagangan barter dengan menukarnya dengan Kuda-Kuda dari India yang kemudian dibiakkan di Pulau Sumba, mereka (pedagang Cina dan India) datang setahun 2 (dua) kali dengan membawa Cendana dari Timor dan Sumba kemudian memperdagangkannya di Semenanjung Malaka (Malaysia).

Pintu masuk ke Timor para pedagang tersebut yang terkenal saat itu yakni melalui Pelabuhan Namon Sukaer di Belu yang saat ini dikenal dengan Pelabuhan Atapupu. Portugal juga menyebutkan (dalam naskah-naskah sejarahnya) bahwa Timor sangat terkenal dengan Cendananya yang sangat harum.

Masyarakat kota Kupang tempo doeloe

Seorang Pelaut cina bernama Hsing Cha Sheng mengunjungi Timor pada tahun 1436, dia mencatat ada 12 pelabuhan dagang di Timor dengan Cendana sebagai Komoditi utamanya. Hal ini berlanjut pada tahun 1518, Duarte Barbosa Penguasa Portugal di Semenanjung Malaka mencatat bahwa kapal2 dagang dari Jawa dan Malaka membawa Cendana dari Timor untuk diperdagangkan dengan Pedagang2 dari India dan Persia karena kualitas Cendana Timor yang tinggi sehingga dihargai dengan tinggi pula.

Pohon-pohon Cendana

Bahkan dalam catatan Kitab Suci Perjanjian Lama (1000 tahun sebelum KRISTUS lahir), Kitab Nabi Daud tentang Pembangunan Bait ALLAH di jaman Raja Salomo (anaknya Raja Daud), disebut bahwa Pembangunan kembali Bait ALLAH juga menggunakan kayu Cendana yang harum (lihat 2 Tawarikh 2 : 8-9 ; 2 Tawarikh 9:10-11, serta I Raja Raja 10: 11-12 )….dan ini diperkirakan diambil dari Timor (asumsi kami sendiri) , karena untuk penghasil Kayu Cendana saat itu hanya ada di India (kayu cendananya kurang harum), dan di Timor-Indonesia (terkenal akan harumnya) serta diperkirakan Salomo mendapatkan kayu-kayu cendana tersebut dari para pedagang dari Persia (Irak).

Perdagangan kayu Cendana dari Timor sudah dikenal ber-abad2 lamanya, Perdagangan sistim barter yang dikenal jaman dahulu kala, dimana Para Pedagang dari “luar” membawa Porselin, peralatan dari logam,tembikar, emas dan perak ditukar dengan kayu cendana, lilin (dari sarang lebah).Hal inilah yang menyebabkan Bangsa2 di Dunia ingin menguasai/menjajah Timor /Indonesia agar dapat menguasai perdagangan Cendana dan Rempah-rempah yang menjadi Komoditi Perdagangan yang paling dicari di dunia .

Sumber Data dan Foto dari beberapa sumber dari Google

Kayu Cendana atau Emas Hijau

NNU

New Volunteer Opportunities

Donating money isn’t the only way to give to charitable organizations, many of whom rely on volunteers for various services. If you find yourself with free time on your hands on your weekend, or during the week, you could consider putting in some community service. Not only will you help a good cause, but it can also be a way to meet people and learn new skills.

Celebrate Microvolunteering Day

You want to get involved and give back to the community, but can’t fit another big commitment into your busy schedule? Then microvolunteering might just be the thing.

Microvolunteering is a small, bite-sized task or project, that is quick and easy to perform. Best of all there’s a range of things you could do online, in as little as 30 minutes. Donating processing time on your computer, signing an online petition, or promoting a charity on social media are all examples of microvolunteering that you could do today.

Design a site like this with WordPress.com
Get started